Title: Suddenly Married

Author: Seul95

Length: Long Chapter

Genre: Romance, Marriage

Rating: PG-15

Casts:

–          KeyCole Couple (Key & Nicole)

–          Son Dongwoon

–          Other

Summary: Key dan Nicole bangun dari tidur nyenyak mereka dan mendapati kenyataan bahwa mereka sudah resmi menikah.

edit cover suddenly married 1

 

Kedua orang itu mengingat apa yang sudah mereka lakukan semalam hingga berakhir di atas tempat tidur seperti ini. bahkan Nicole tidak bisa menutup bibirnya dengan rapat saking terkejutnya. Ia mengutuk dirinya sendiri yang sudah menenggak alkohol padahal ia tahu ia tidak bisa minum banyak.

 

Hal pertama yang terlintas di kepalanya hanya bagaimana reaksi Dongwoon serta orangtuanya saat mengetahui kenyataan ini. apa yang akan mereka lakukan padanya nanti?

 

Nicole tidak tahu kenapa pernikahannya bisa sampai masuk acara berita seperti itu. apakah karena ia adalah kekasih Son Dongwoon, atau ada hal lain. Ia melirik Key yang masih terdiam, ekspresi pria itu sama terkejutnya dengan Nicole. Dan sekarang, Nicole mulai berpikir bahwa pria yang semalam ia nikahi ini bukanlah pria biasa.

 

Deringan ponsel Key membuat kedua orang itu tersentak. Ia menatap benda mungil yang tergeletak di atas nakas di samping tempat tidur. Tidak ada yang berani bergerak, bahkan sepertinya Key tidak berniat untuk mengangkat panggilan tersebut. ia sudah tahu siapa yang akan menyapanya jika ia menjawabnya. Dan Key sedang tidak ingin berbicara dengan siapa-siapa sekarang, sekalipun itu kedua sahabatnya yang entah sekarang sedang berada di mana. Mungkin masih tertidur lelap di kamar masing-masing.

 

Deringan ponsel Key berhenti, namun kali ini malah ponsel Nicole yang berbunyi. Gadis itu menatap ponselnya dengan pandangan horor. ia bisa melihat nama Dongwoon tertera di layarnya, namun sama seperti Key, Nicole sama sekali tidak berniat untuk menjawab. Ia belum siap menghadapi kekasihnya itu.

 

Air mata Nicole mulai merebak, hingga akhirnya ia menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur sambil membenamkan wajahnya pada kedua lututnya.

 

Belum selesai dengan deringan ponsel Nicole, ponsel Key pun kembali berbunyi dan membuat suasana menjadi ribut. Pria itu menjambak rambutnya frustasi. Ia tahu ia tidak bisa terus-terusan menghindar seperti ini. orang itu tidak akan berhenti meneleponnya sampai Key mau mengangkat panggilannya. Akhirnya dengan keberanian yang ia punya, ia meraih ponsel miliknya dan menggeser layarnya. dengan perasaan gugup ia menempelkan benda mungil itu ke telinga kanan, siap mendengar suara berat di seberang.

 

“APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN KIM KIBUM?!” bentaknya keras membuat Key menjauhkan jarak ponsel dengan telinganya.

 

Ia mendekatkannya lagi setelah yakin pria itu tidak akan berteriak padanya. “kau benar-benar bermasalah Kim Kibum. Kapan kau akan berhenti menyusahkan kami?!” ujarnya dengan suara tertahan. Bahkan hanya dengan membayangkan wajah marah ayahnya sudah membuat Key bergidik ngeri.

 

“apa kau gila? kau masih waras kan? Bagaimana bisa kau menikahi seorang gadis di Las Vegas? Dengan cara seperti itu dan dalam keadaan mabuk. Foto kalian tersebar di mana-mana. Kau pikir mau ditaruh di mana wajahku?”

 

Key menghela napas keras. kali ini ia mengakui kesalahannya. Ia sudah bertindak sangat gegabah dengan melakukan pernikahan konyol itu dengan gadis yang bahkan tidak ia kenal sama sekali. bahkan sampai saat ini Key masih belum mengetahui namanya.

 

“aku tidak mau mendengar bantahanmu lagi, hari ini juga kau harus kembali ke Seoul. kita perlu bicara, dan ajak gadis itu!” setelah mengucapkan hal itu, sambungan pun terputus.

 

Key melempar ponselnya ke atas tempat tidur dan mengusap wajahnya frustasi. Tangis Nicole sudah tidak terdengar lagi, namun gadis itu masih membenamkan wajahnya di lutut. Sekarang Key semakin bingung lagi bagaimana cara mengatakan pada gadis itu bahwa ayahnya ingin ia juga ikut kembali ke Seoul.

 

Key memberanikan dirinya untuk menghampiri Nicole. Ia duduk di sebelah gadis itu, namun Nicole malah menggeser menjauh. Key tidak peduli, ia hanya perlu berbicara dengan Nicole saat ini. entah gadis itu mendengarnya atau tidak, yang penting ia sudah berusaha untuk menyampaikan keinginan ayahnya.

 

“kau…orang Korea?” tanya Key, dan dijawab dengan anggukan oleh Nicole.

 

“siapa namamu?”

 

Kali ini Nicole mengangkat kepalanya dengan perlahan. Matanya tampak semakin membengkak hingga membuatnya terlihat berbeda dengan gadis yang Key nikahi semalam.

 

“Nicole Jung.” Jawab Nicole parau.

 

Key mengembuskan napas berat. “jadi begini Nicole-ssi…karena berita kalau kita sudah menikah tersebar dengan cepat, dan seperti yang kau dengar tadi. Ayahku adalah pendiri Kim Corporation dan sangat mencintai kehormatan serta perusahaannya, jadi ia ingin bertemu denganmu untuk membicarakan masalah ini. ia memintamu juga berangkat ke Seoul.”

 

Tentu saja Nicole terkejut mendengar ucapan Key. Belum selesai masalahnya dengan keluarganya serta Dongwoon, dan sekarang orangtua Key pun memintanya untuk ikut kembali ke Seoul. rasanya ia ingin menghilang saja agar tidak perlu menghadapi semua ini. dengan begitu ia tidak bertemu dengan orang-orang yang saat ini tidak ingin ditemuinya.

 

Nicole kembali mendengar deringan ponselnya, dan kali ini ia berniat untuk mengangkatnya. Key saja berani menghadapi ayahnya, kenapa ia juga tidak berani? Ia akan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Bahwa mereka tidak sengaja melakukan pernikahan konyol ini dan sekarang terperangkap dengan status hubungan suami-istri.

 

Gadis itu menempelkan ponselnya di telinga dengan jantung berdebar kencang. Ia mendengar suara ayahnya menyapa dirinya.

 

“Nicole…are you okay?”

 

Pertanyaan yang dilontarkan ayahnya malah membuat Nicole kembali menangis. Ia memegang dadanya karena merasa sesak, seakan tidak ada cukup oksigen di sekitarnya.

 

“Dad…i’m sorry…” ujarnya di sela-sela isak tangisnya. “i’m sorry…”

 

“i know honey…it’s okay…i know you didn’t mean to do that.” Ujar pria itu menenangkan.

 

Nicole semakin merasa bersalah. Ia yakin ayah dan ibunya saat ini sangat kecewa padanya, tapi berusaha menyembunyikannya dengan menenangkan dirinya. ia tahu ayah dan ibunya sangat mengkuatirkannya di sana, namun mereka juga tidak ingin menambah beban Nicole dengan menunjukan kekuatiran mereka.

 

“Dad…i have to go to Seoul. his family wants to meet me.” Nicole sudah berusaha keras untuk mengeluarkan kalimat itu meskipun rasanya menyakitkan tenggorokannya.

 

Ada jeda beberapa saat, hingga akhirnya ayahnya memutuskan untuk menjawab ucapan Nicole.

 

“should we accompany you honey?”

 

“no Dad…i can do it myself. I’ll be back soon.”

 

“take care honey, we love you.”

 

“love you both too.”

 

Setelah menyelesaikan pembicaraan itu, Nicole pun merasakan tubuhnya melemas. Ia tidak menyangka bahwa ayahnya malah memberinya dukungan. Ini lebih baik daripada ia harus mendengar teriakan sang ayah dan menuduhnya melakukan hal itu dengan sengaja. Itulah kenapa Nicole sangat menyayangi kedua orangtuanya. Mereka selalu memberinya dukungan di saat ia sedang menghadapi masalah seperti ini. dan Nicole sangat bersyukur memiliki mereka sebagai orangtuanya.

 

$~$~$~$~$~$~$~$~$~$~$~$

 

Nicole memasukan pakaian serta barang-barangnya ke dalam tas. Malam ini juga, ia akan ikut dengan Key kembali ke Seoul untuk bertemu dengan kedua orangtua pria itu. membicarakan tentang pernikahan mereka yang tiba-tiba ini. Nicole harap tidak terjadi sesuatu yang dapat menyulitkannya nanti.

 

Gadis itu masih menghindari panggilan dari Dongwoon. Meskipun tadi ia memutuskan untuk menghadapi kekasihnya itu dengan keberanian yang ia punya, tapi ternyata hal itu tidak semudah perkiraannya. Setiap ponselnya berdering dan foto Dongwoon terpampang pada layarnya, Nicole merasa seluruh tubuhnya melemas hingga rasanya ia tidak punya tenaga lagi.

 

Pandangan Nicole tertuju pada jendela raksasa di kamar hotelnya. Ia berjalan mendekat, meninggalkan beberapa barang yang belum tersusun rapi, lalu menatap ke pemandangan di bawah sana. Banyak wartawan yang sedang menunggu kemunculan dirinya serta Key. Ia tidak tahu bagaimana cara mereka menghindar dari pertanyaan-pertanyaan para wartawan itu nanti. Mungkin Key bisa meminta bantuan dari pihak hotel?

 

Nicole menghela napas berat. Seharusnya ia masih mempunyai sisa waktu tiga hari untuk menikmati segala kemewahan ini, tapi harus berakhir sampai di sini karena kesalahannya sendiri. bagaimana bisa ia sampai lepas kendali seperti itu? yah, meskipun Nicole tidak menyukai alkohol tapi itu bukan pertama kalinya ia menenggak minuman memabukan itu. dan sebelumnya Nicole tidak pernah sampai kehilangan kesadarannya. Ia tidak tahu kenapa bisa tidak sadar sudah meminum begitu banyak alkohol.

 

Lamunan gadis itu buyar ketika ia mendengar seseorang memencet bel pintu kamarnya. Nicole menolehkan kepalanya dan menatap pintu berbahan kayu jati itu. dengan langkah berat, Nicole mengintip pada lubang kecil, dan kembali menghela napas keras saat melihat sosok Key sedang berdiri di balik pintu.

 

Nicole memutar kenop pintu hingga terbuka, lalu menatap Key tidak bersemangat. Pria itu juga sama, ia tidak terlihat seperti biasanya. Seakan ada begitu banyak beban yang harus ia pikul saat ini.

 

“kau sudah siap?” tanya Key datar.

 

Nicole menoleh ke dalam kamarnya, dan menatap beberapa barang yang belum masuk ke dalam tas.

 

“sebentar lagi. Masuk saja dulu.” ia menggeser tubuhnya, dan mempersilakan Key masuk.

 

Pria itu menggeret kopernya, lalu mengempaskan diri di sofa. Ia memijat keningnya yang berdenyut.

 

“kau harus cepat, kita tidak punya banyak waktu.” ujarnya malas.

 

Nicole tidak menyahut, namun ia mempercepat gerak tangannya. Tentu saja mereka tidak punya banyak waktu karena harus sudah berada di airport dua jam sebelum keberangkatan pesawat.

 

Key mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. Ia menghisap asap rokok itu sedalam yang ia bisa. Membiarkan asapnya bersarang beberapa saat dalam paru-parunya, dan mengembuskannya dengan perlahan. Entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan hari ini, namun pria itu tidak peduli. Ia tahu ia tidak bisa mengendalikan alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya dengan baik, jadi menghisap asap rokok adalah pelarian yang tepat dari rasa depresinya saat ini.

 

“kau boleh merokok di manapun kau mau, tapi tolong jangan lakukan itu di kamarku.” Ujar Nicole tanpa mengalihkan tatapannya dan terus melakukan pekerjaannya.

 

Key melirik Nicole sekilas, lalu mendelik kesal. “kau akan meninggalkan kamar ini dalam waktu beberapa menit. Sudahlah jangan cerewet!”

 

“tapi ini masih kamarku. Aku belum check out!” kali ini nada Nicole sedikit meninggi. Ia menghentikan kegiatannya dan menatap Key tajam. Untuk beberapa saat mata mereka saling beradu. Tampaknya kedua orang itu sama-sama tidak mau mengalah. Perlahan Key mengarahkan rokok yang mengapit di kedua jarinya ke arah bibir tipisnya. Ia menghisap perlahan, dalam dan nikmat, lalu mengembuskannya ke arah Nicole.

 

Gadis itu mengibaskan tangannya di depan wajah dengan rahang mengeras. Ia berdiri, lalu meraih rokok di jari Key, dan membuangnya ke toilet.

 

“tidak masalah, aku masih punya beberapa batang rokok.” Key mengeluarkan bungkus rokok yang tersimpan di saku celananya. Melihat itu, dengan sigap Nicole merebutnya dan melemparnya ke sudut ruangan.

 

“cukup! Jangan buat aku semakin depresi lagi!” bentak Nicole dengan wajah memerah. Key masih menatapnya datar, lalu akhirnya mendengus kesal. Ia bangkit berdiri dari sofa, dan berjalan keluar dari kamar Nicole. Tidak lupa membanting pintunya dengan sangat keras. seakan memberitahu Nicole bahwa ia benar-benar marah dengan sikap gadis itu.

 

Tidak mau ambil pusing, Nicole pun melanjutkan acara beres-beresnya. Yang penting sudah tidak ada asap rokok di kamar ini, Nicole cukup tenang. Gadis itu mulai membenci rokok sejak ia mengetahui ayahnya mengidap kanker paru-paru dua tahun yang lalu. Ia ingat bagaimana dulu pria paruh baya itu menghabiskan berbungkus-bungkus rokok dalam sehari. Ia juga masih ingat jelas bagaimana menderitanya sang ayah saat harus berusaha keras melawan kanker yang dideritanya. Sejak saat itulah gadis itu membenci rokok. Ia tidak mau orang-orang menyia-nyiakan hidup mereka hanya karena menghisap rokok.

 

$~$~$~$~$~$~$~$~$~$~$~$~$~$

 

Key menyandarkan tubuhnya pada dinding di koridor hotel. Keningnya semakin berdenyut keras karena tidak bisa menghisap rokok. Sebenarnya ia bisa saja mengambil kotak rokoknya yang dibuang Nicole tadi, tapi masalahnya gadis tersebut sudah meremasnya hingga hancur.

 

Rasanya Key ingin membentak dan memaki Nicole karena sudah berlaku seperti itu padanya. seumur hidup Key, baru Nicole orang yang berani berkata kasar padanya seperti tadi—selain ayahnya tentu saja. bagaimana mungkin ia bisa menikahi gadis itu?

 

Key membenturkan kepalanya beberapa kali dengan perlahan pada dinding yang menjadi sandaran tubuhnya. Rasa frustasi seakan-akan sedang membunuhnya secara perlahan saat ini. ia tidak bisa berpikir jernih, ia tidak bisa menemukan cara lain untuk menghindari diri dari ayahnya, dan ia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.

 

Semua menjadi kacau seketika hanya dalam satu malam. Ketika ia hanya ingin bersenang-senang dengan Nicole, dan pada akhirnya berakhir sebagai suaminya. Ini gila, tentu saja Key tahu itu. benar apa yang dikatakan ayahnya, ia memang sudah gila karena melakukan hal ini.

 

Selama lima belas menit berdiri dalam kesunyian di koridor hotel, akhirnya pintu kamar Nicole terbuka, dan gadis itu sudah berdiri di sampingnya sambil menggeret sebuat tas besar. Key menatapnya datar sejenak, lalu tanpa berkata apa-apa, pria itu sudah melangkahkan kakinya. Awalnya Nicole sempat terdiam, namun setelah sadar ia mengikuti langkah Key.

 

Mereka berjalan dalam diam. Nicole sejak tadi hanya menundukan kepalanya, dan mengikuti langkah pria itu dengan mendengar suara jejak kakinya. Setelah berada di dalam lift pun keadaan tidak berubah. bahkan terasa lebih canggung dari sebelumnya. Nicole merasa tidak enak karena tadi sudah membentak Key. Tapi sungguh ia tidak bermaksud melakukannya. tadi itu pikirannya sedang sangat kacau—dan sekarang pun masih tetap kacau.

 

Beberapa menit kemudian pintu lift terbuka, key hendak melanjutkan langkah kakinya ketika kilasan kamera menghujani mereka. Di luar lobi hotel itu puluhan wartawan sedang mengerumuni lokasi sekitar hotel hanya untuk mengambil gambar dirinya dan mendapatkan informasi lebih jelas tentang pernikahan mereka semalam. Key mengenakan kaca mata hitam dan topinya. Tanpa sadar pria itu meraih tangan Nicole dan membuatnya sedikit tersentak. Nicole mematung. Tangan Key terasa sangat hangat, lembut, nyaman.

 

Key melirik ke arahnya, lalu berbisik tepat di telinganya. “pegang tanganku dengan erat, jangan sampai terlepas. Paling tidak sampai kita sudah berada di dalam mobil.”

 

Nicole menganggukan kepalanya dengan cepat, dan tidak sadar sudah melakukannya. ia membalas genggaman tangan Key dengan erat, mengikuti perintah yang diberikan pria itu padanya. lalu mereka melangkahkan kaki dengan mantap, bersiap menerobos kerumunan wartawan yang semakin heboh ketika pasangan pengantin baru itu berjalan mendekat. Nicole menyembunyikan tubuhnya di belakang Key, sementara ia berusaha menghalangi cahaya kamera menangkap wajahnya. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak bisa mereka jawab keluar dari puluhan bibir wartawan. Nicole tidak heran kenapa mereka sangat ingin mengetahuinya. Ayah Key adalah orang paling berpengaruh di dunia bisnis. entah itu di pasar asia, eropa, atau apapun itu. ia termasuk dalam daftar orang terkaya dan tersukses di dunia. Dan kenyataan bahwa dirinya adalah kekasih dari seorang model terkenal Son Dongwoon, malah membuat berita ini semakin heboh.

 

“Kim Kibum, apakah benar kalian menikah karena ketidaksengajaan?”

 

“apakah kau sudah berpisah dari Son Dongwoon, Nicole Jung?”

 

“bagaimana reaksi keluarga Kim tentang pernikahan tiba-tiba anda?”

 

“sejak kapan kalian mulai berhubungan?”

 

Dan sejenisnya. Pertanyaan-pertanyaan yang Nicole tidak tahu apa jawabannya. Ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Ini sama saja dengan menjatuhkan harga dirinya sendiri dan membuat keluarga terhormat seperti keluarga Kim kehilangan muka di depan masyarakat luas.

 

Beberapa wartawan mencoba untuk menahan keduanya, menghalangi jalan mereka agar mereka mau menjawab pertanyaannya. Namun Key tidak peduli. Ia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Nicole, dan gadis itu pun mendekatkan tubuhnya pada Key. Entah sadar atau tidak, tapi Key sudah melingkarkan kedua tangan Nicole pada tubuhnya. Mungkin agar tidak membuat keduanya terpisah di tengah-tengah kerumunan.

 

Nicole membenamkan wajahnya pada punggung Key. Beberapa wartawan mencoba untuk menarik bajunya untuk menghentikan langkah mereka. Ia mulai merasa takut. Ini pertama kalinya Nicole menjadi pusat perhatian seperti ini. jantungnya berdebar dengan sangat kencang dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Bibirnya bergetar hebat ketika mendengar pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari mulut orang-orang itu.

 

Untungnya Key berhasil menerobos kerumunan dan dengan cepat membuka pintu mobil untuk Nicole. Membiarkan gadis itu masuk lebih dulu, lalu disusul oleh dirinya sendiri. ia menutup pintu dengan cepat dan keras, menandakan bahwa ia sedang sangat marah dengan para wartawan itu. rahang Key tampak mengeras dan wajahnya memerah. Ia menyuruh si sopir hotel untuk berangkat menuju airport.

 

Nicole duduk sambil meremas jemarinya yang bergetar. Wajah gadis itu benar-benar pucat seperti kertas. Bahkan ia tidak berkedip sama sekali setelah masuk ke dalam mobil. Key menatap Nicole dengan wajah kuatir. Bagaimana kalau gadis itu sedang sakit? Bukan berarti Key peduli padanya. tapi ini menyangkut dengan nyawa seseorang. Siapa yang tahu jika Nicole mengidap asma atau gangguan jantung?

 

“hm…kau tidak apa-apa?” tanyanya.

 

Nicole mengalihkan tatapannya dan menatap Key dengan mata bulatnya. Ia mengangguk pelan, masih tampak tidak yakin dengan jawabannya sendiri.

 

“kalau kau lelah kau boleh istirahat. Dari hotel menuju airport membutuhkan waktu empat puluh lima menit, jadi kau punya waktu untuk tidur sebentar.” Jelasnya dengan wajah datar. Key tetaplah Key. Ia tidak mungkin menunjukan wajah kuatirnya terang-terangan di depan Nicole. Ditambah lagi pria itu masih merasa kesal dengan sikap Nicole di hotel tadi.

 

“a-aniyo…aku baik-baik saja.” jawab Nicole lirih.

 

$~$ TBC $~$